Dalam berbahasa, yang penting menurut saya adalah ‘senang’ berbicara. Apa artinya orang tahu dan punya banyak ilmu tetapi tidak senang berbicara. Siapa yang akan tau kalau dia pandai, dan apakah kepandaianya berguna bagi orang lain?
Saya berikan saja contoh dari diri saya sendiri. Saya bukan psikolog, saya hanya tahu sedikit tentang psikologi, saya hanya tahu sedikit tentang ‘Multiple Intelligences’ tetapi saya membicarakannya dengan orang-orang apa yang saya ketahui dengan ‘antusias’. Ilmu saya sedikit, banyak orang yang lebih tahu dari saya namun merekapun merasa mendapat ‘sesuatu’/ ‘pengetahuan’ ketika saya berbicara, karena penyampaian saya yang ‘antusias’ dan ‘aplikatif’ serta ‘ praktis’, maka orangpun ramai-ramai mengundang saya untuk seminar ‘multiple intelligences’ atau ‘pernikahan’ dengan kemasan ‘psikologi populer’.
Apa yang terjadi dengan orang-orang yang pandai namun tidak berani dan tidak senang berbicara? Dia akan duduk dibelakang mendengarkan orang lain, sambil menjadi ‘kritikus’ di dalam hatinya. Orang seperti ini bisa bisa menjadi orang yang kepahitan dalam hidupnya.
Demikian juga saya bukanlah orang yang tahu banyak tentang theologia, bahkan saya tidak sekolah Alkitab, saya bukan pendeta, saya seorang pengusaha, namun saya menerima undangan ceramah yang jauh lebih banyak daripada mereka yang tahu hal itu. Salah satu sebabnya saya senang dan berani berbicara. Karena ‘senang’ maka ‘antusias’ dan ‘komunikatif’ sehingga menjadi menarik.
Anak-anak bisa dilatih senang berbicara, jika kita para orang tua bisa menjadi ‘teman bicara yang baik’ bagi mereka.
SENANG BICARA

Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon