KARAKTER LOYAL

Adelay Stephenson mengatakan: ”Patriotisme sejati tidak muncul dalam ledakan emosi sesaat yang meluap-luap. Patriotisme adalah dedikasi seumur hidup yang dijalankan dengan tenang dan mantap.” Karena itu untuk bisa menanamkan karakter loyal dalam keluarga, maka kita bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang membangun loyalitas dalam keluarga, misalnya memberikan kejutan satu sama lain dengan mengajak jalan-jalan menyenangkan, study tour, atau hadiah-hadiah kecil pada saat mereka ulang tahun jangan dilupakan. Orang tua tetap terlibat dalam kegiatan anak-anak, bahkan pada masa-masa kritis.

Anak-anak bersedia tidak menuntut hal-hal yang tidak mampu mereka beli, misalnya ada anak yang begitu ngotot ingin dibelikan sepeda motor sampai harus menjual tanah, menjual sawah, ini namanya tidak membangun loyalitas.

Loyalitas perlu dibangun. Kita bisa membangun karakter ini dengan melihat kehidupan binatang. Cukup menarik adalah loyalitas dari angsa. Angsa pada musim kawin, dua ekor angsa jantan yang tertarik pada satu angsa betina akan beradu kekuatan, mereka akan berkelahi memperebutkan angsa betina. Dan selama kedua angsa jantan itu berkelahi, si angsa betina akan mengamatinya. Betina mengamati dan tidak selalu memilih pemenangnya, karena ia mengamati bagaimana cara bertengkar kedua angsa jantan itu. Dan angsa jantan yang ia pilih maka itu akan menjadi pasangan seumur hidup.

Angsa memiliki pasangan seperti halnya merpati atau burung rajawali, berbeda dengan ayam yang tidak punya pasangan. Dia pergi ketemu betina lain, kawin. Betina bertemu jantan lain, kawin. Tidak ada loyalitas sama sekali. Tapi mari kita belajar loyal seperti angsa yang loyal dengan pasangannya sampai salah satu dari mereka mati, baru yang masih hidup kawin lagi pada musim berikutnya.

Karena itu mari kita menjadi bijak dalam keluarga kita dengan cara melayani satu dengan yang lain, saling memberi waktu untuk mendengar, saling memberi semangat pada waktu anggota keluarga kita mengalami kesukaran. Kita mengembangkan sikap loyal dalam keluarga kita dengan tidak mengolok-olok pemegang otoritas, tidak mengolok-olok orang tua atau guru. Bahkan terhadap anak pun kita tidak boleh mengolok-olok, tegur saja kesalahannya, tapi bukan memperoloknya. Kita bisa mengambangkan sikap loyal dengan menunjukkan kebaikan kepada orang lain, menghormati orang lain. Karena dengan bersikap loyal maka tali persaudaraan dalam keluarga tetap kokoh.

Dengan mengembangkan sikap loyal dalam keluarga, maka kepercayaan, komitmen kepada keluarga yang ditempa oleh trauma, pergumulan finansial, konflik kepribadian akan dibangun suasana saling percaya, tabah, sehingga keluarga tidak mudah retak sekalipun di tengah-tengah goncangan. Loyalitas membangun tali persaudaraan, membangun kepercayaan. Karena itu jadilah bijaksana dengan membangun karakter loyal di dalam keluarga kita, dimulai dari diri kita sendiri.


EmoticonEmoticon