PERSELINGKUHAN

Sering kita dikejutkan oleh kasus-kasus penyelewengan seperti dibawah ini (Bukan nama sebenarnya) disekitar kita.

1. Rani, doktor yang sukses, suami menyeleweng dengan pembantu. Istri yang sibuk kuliah, seminar, karier, dominan dan tegas.

2. Emy si sales terbaik multi level marketing, dengan gaji jutaan. Suami kabur dengan sekretarisnya, atau selingkuh dengan pembantu rumah tangga.

3. Novy, yang rajin beribadah dan suaminya sibuk beronani-ria.

4. Joni pakar sexologi yang berjinah dengan pasiennya. Badu pakar seminar keluarga yang menyeleweng dengan orang yang konseling dengannya.

5. Badu, pengusaha sukses yang ‘jajan’ di setiap kota yang dikunjunginya, padahal istrinya tidak jelek, bahkan cukup pantas menjadi cover majalah.

Melihat kasus-kasus diatas, sebenarnya penyelewengan bukanlah hal yang terjadi spontan, mendadak, dan dengan demikian sebenarnya bisa diantisipasi.

Memang perselingkuhan sebenarnya bisa diantisipasi, bisa dideteksi, bahkan bisa dicegah. Lebih muda dan lebih baik mencegah daripada mengobati. Mengobati luka-luka hati karena keretakan pernikahan, sering tidak semudah dan tidak secepat mengobati kanker jantung!

Mengapa Perselingkuhan terjadi? Perselingkuhan terjadi karena beberapa hal. Menurut pengamatan saya, perselingkuhan terjadi pertama karena ada celah dan kedua karena ada kesempatan. Celah berupa hati yang terluka, kekecewaan dan kepahitan karena kebutuhan yang tidak terpenuhi.


1. Kebetuhan yang tidak terpenuhi

a. Kebutuhan untuk diterima


Manusia mempunyai kebutuhan yang sangat besar untuk diterima. Ini kebutuhan utama setelah bernafas, makan dan minum. Kebutuhan akan rumah dan mobil bisa ditunda, orang bisa kontrak rumah atau naik kendaraan umum, tetapi kebutuhan untuk diterima tidak ada substitusinya, kebutuhan untuk diterima adalah kebutuhan mendasar, dan kebutuhan semua orang. Bahkan manusia tidak ada alasan hidup jika mengalami berbagai ‘penolakan’.

Jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan dari pasangannya, pasangannya menolaknya, dengan tidak mendengarnya, tidak memperhatikannya, selalu menyalahkannya, selalu check chok dan bertengkar, tidak dihargai sebagai pribadi, maka seseorang akan mencari ‘teman’ untuk bersahabat dengannya. Manusia akan mencapai titik jenuh, titik kelelahan, bahwa setelah belasan atau puluhan tahun menikah dia hanya ‘memberi’ dan tidak ‘menerima’ dan menjadi riskan ketika dia bertemu dengan seseorang yang ‘memberi’ yang membuat dirinya merasa ‘diterima’.

Awalnya hanya untuk bersahabat, supaya ada yang mendengarkan, awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan untuk diterima, ada kebutuhan untuk memiliki teman bicara, sharing, berbagi perasaan. Lama lama terjalin persahabatan saling pengertian. Mulai merasakan semacam ketagihan untuk bertemu untuk sekedar bercerita dan mendengar, untuk dipuji dan mendapat penerimaan yang dia tidak dapatkan dari pasangannya. Ini merupakan celah dan bisa menjadi awal perselingkuhan. Bahkan mayoritas perselingkuhan diawali tidak dengan secara sadar mau berselingkuh dan mencari mangsa atau teman untuk perselingkuhan.

Manusia butuh diterima dan jika tidak mendapatkannya, maka ini bisa menjadi penyebab terjadinya perselingkuhan, dimulai dengan perselingkuhan batin dan bisa berlanjut ke hubungan badan atau sex.


b. Kebutuhan sexual

Saya sudah paparkan diatas bahwa pria menaruh kebutuhan sexual dalam urutan kedua ataupun urutan yang cukup tinggi, lebih daripada seorang wanita. Kebutuhan akan sex, keintiman biologis merupakan kebutuhan hidup yang dominan, sebagaimana makan dan minum.

Banyak wanita tidak menyadari hal ini, dan menganggap suaminya tidak mengasihinya tetapi bernafsu kepadanya, ini salah. Ada juga kebalikkannya istri dengan dorongan sex yang lebih dan tidak mendapatkan dari suami yang cenderung ‘pasif’. Ini bukan hanya soal mengasihi atau tidak mengasihi, ini juga soal nature/ alami, soal kebutuhan biologis.

Kebutuhan sex bukan suatu kesalahan atau dosa. Kebutuhan akan sex, bahkan organ sex diciptakan oleh Tuhan, ini artinya sex adalah sesuatu yang wajar, yang baik dan yang kudus, di dalam rambu-rambu pernikahan.

Kenapa perselingkuhan terjadi, alasannya sangat sederhana, karena satu pihak tidak terpenuhi kebutuhan sexualnya. Jika pasangan tidak memenuhi kebutuhan sexual pasangannya, dan dorongan sexual tetap terus ada, bahkan pada pria ada masa puber kedua, maka perselingkuhan bisa terjadi. Karena itu mari kita tempatkan semua secara proporsional pada tempat dan ukurannya, sebagaimana Tuhan merancang dan menciptakan manusia, termasuk dengan dorongan dan organ sexualnya.

Kita harus belajar untuk memenuhi kebutuhan sex pasangan, selain untuk kebutuhan dan kesenangan sendiri, juga belajar untuk menyenangkan pasangan dan bagaimana mencapai keseimbangan dengan pasangan. Secara sadar yang memiliki libido (dorongan sex yang lebih) untuk mengatur hormonnya kebalikkannya yang kurang untuk membangkitkan cintanya.


2. Kesempatan

Kedua, perselingkuhan terjadi karena adanya kesempatan. Kesempatan berupa kondisi yang memungkinkan, misal pasangan yang selalu pergi, rumah yang kosong dan hanya ada pembantu/ suster atau sopir, maka perselingkuhan terjadi di dalam rumah.

Kesempatan terjadi, karena tugas tugas kantor ataupun di yayasan, pelayanan, kegiatan sosial yang membuat kebersamaan dalam waktu yang lama, saling kenal dan simpati, tugas keluar kota bersama. Kesempatan terjadi ketika hanya berdua dan jauh dari suami/istri.

Kesempatan terjadi ketika terjadi kontak komunikasi yang cukup intens, baik antar teman kerja, teman pelayanan, guru dan murid, dosen dan mahasiswa, konselor dan pasien dan sebagainya. Komunikasi yang membuat saling mengenal,saling simpati, benih benih perhatian dan kasih mulai tumbuh. Ketika kesempatan ada berupa tempat dan waktu, maka perselingkuhan terjadi.

Karena itu, untuk menghindari perselingkuhan, tutuplah rapat rapat yang namanya ‘kesempatan’ dan jangan justru mencari cari ‘kesempatan’. Hindari pertemuan, kebersamaan yang hanya berdua saja. Jika pergumulan dalam hati, rasa tertarik begitu kuat, mulai membandingkan antara ‘kelemahan’ pasangan dan ‘kelebihan’ teman semakin kuat, maka saatnya berkata TIDAK, atau paling tidak mulai secara sadar dan sengaja, buatlah jarak dengan orang yang dengannya engkau mungkin akan menjadi selingkuh. Hindarilah yang namanya ‘kesempatan’.

Jika pasanganmu, karena posisi, pangkat atau jenis pekerjaan atau jenis pelayanan membuat dia sering pergi keluar rumah atau keluar kota, dan mulai ke satu tempat yang sama, kota yang sama secara intensif, maka aturlah waktu untuk sering pergi bersamanya, jangan biarkan dia pergi sendirian, karena itu menciptakan kesempatan.

Ketika ada celah, berupa kekecewaan, kebutuhan yang tidak terpenuhi dan ada kesempatan, maka perselingkuhan hanya menunggu ‘kejadian’ nya saja, menunggu waktu yang hampir pasti terjadi.


EmoticonEmoticon