Keintiman berarti Prioritas

Dalam hidup ini, jika kita menikah, maka suami atau isteri adalah nomor satu. Taruh nomor 2 itu anak, nomor 3 orang tua, mertua atau lainnya entah itu pelayanan Yayasan, klub olah raga, politik, hoby atau hal lainnya yang menarik bagi saudara, tetapi jangan taruh pasanganmu di nomor lainnya.

Meninggalkan orang tua, bukan berarti tidak mengasihi, tidak merawat, tetapi dalam skala prioritas, bahwa prioritas pertama bagi suami adalah isteri dan prioritas pertama bagi isteri adalah suami, bukan anak, bukan orang tua, bukan pelayanan sosial, politik atau lainnya.

Sering di dalam pernikahan, masing-masing memberikan prioritas dan kasih kepada keluarganya, kepada orang tua, adik dan kakaknya. Masing-masing memberikan bantuan keuangan kepada keluarganya, bahkan dengan cara sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui oleh pasangannya. Ini cara yang tidak benar. Didik dan arahkan hubungan pernikahanmu dalam keadaan yang terbuka dalam segala hal, termasuk terbuka dalam hal keuangan. Suami dan istri itu satu, tidak boleh ada rahasia. Belajarlah juga untuk mengasihi keluarga pasanganmu, namun tetap yang namanya prioritas adalah suami/istri. Ketika saya memberi prioritas lebih kepada isteri saya, saya justru bisa mengasihi lebih baik lagi orang tua saya.

Orang tua juga perlu belajar untuk tidak mengintervensi terlalu banyak anak dan mantunya. Biarkan mereka mandiri. Anak perlu belajar untuk tidak bergantung dengan orang tua, jika sudah menikah. Biarkan anak dan mantumu berkembang kepribadianya, idenya, rancangan dan belajar bertanggung jawab dengan rumah tangganya.

Sering pernikahan menjadi hambar, suami istri mulai bertengkar dan celah serta kesempatan perselingkuhan mulai diciptakan, ketika orang menaruh pasangan bukan di nomor satu. Banyak istri-istri mengasihi dan memprioritaskan anak lebih dari suami, waktu, perhatian, tenaga, kasih semua dicurahkan ke anaknya, makan dengan anak, main dengan anak, mandi dengan anak, bahkan tidurpun anaknya bersamanya.
Ketika keintiman dan keakraban dan perhatian dengan anak dibawa hingga ke tempat tidur, masalah mulai terjadi. Suami merasa terganggu dengan ‘kehadiran’ sang anak. Anak bisa dididik dan dimandirikan dengan mulai belajar tidur sendiri di kamarnya.

Dengan memberikan prioritas, maka itulah bentuk praktis dari kasih dan komitment. Memberi prioritas kepada pasangan justru sering memberikan produktifitas dan kualitas yang lebih pada hal dan segment lainnya, karena akan dilakukan dengan dukungan dan pengertian pasangan, dilakukan dengan terbuka dan tanpa beban.

Misal, ketika saya memprioritaskan orang tua saya lebih dari istri, maka saya memberi bantuan bulanan 200 ribu kepada orang tua secara terbuka dengan istri dan ditambah dengan pemberian sembunyi-sembunyi katakan 100 ribu hingga 1 juta secara berkala. Namun ketika saya memberi prioritas lebih kepada istri, mengasihi lebih, terbuka lebih, istri saya saya prioritaskan di nomor 1, maka kami berdua memberikan bantuan untuk orang tua jutsru 750ribu bahkan akhirnya 1 juta dan terus naik, karena dengan keterbukaan dan kesepakatan, maka secara prioritas turun tetapi secara kuantitas dan kualitas justru naik.

Hal itu dimungkinkan karena ketika istri dan suami sehati, rukun, maka justru tidak pernah kekurangan rezeki. Berkat selalu saja ada bahkan melimpah. Keberuntungan seolah tiada hentinya dan segala malapetaka, kerugian, dicurangi orang dll dihindarkan Tuhan.

Inilah pentingnya menaruh PRIORITAS di dalam kehidupan ini. Jika kita memiliki urutan prioritas yang benar, hidup juga tenang.

Ketika sebuah pasangan pernikahan lalai dan mengabaikan memberi prioritas pada pasangannya, hubungan mulai terdistorsi, celah mulai ada dan bahkan perselingkuhan terjadi, kadang sudah terlambat untuk memperbaikinya. Sulit dan butuh waktu yang panjang untuk sebuah proses pemulihan (restorasi) dan pendamaian (rekonsiliasi). Karena itu biarlah buku ini mengingatkan pernikahan saudara, berikan prioritas!!!


EmoticonEmoticon