PERBEDAAN PRIA & WANITA : Pikiran dan Perasaan

Penelitian menunjukkan mayoritas pria memiliki otak kiri yang lebih berkembang dari otak kanannya dan wanita otak kanannya lebih berkembang daripada otak kirinya. Saya katakan mayoritas (70-80%), tidak semua tetapi cukup banyak.

Pria yang banyak menekuni kesenian, musik, tari, drama, melukis cukup banyak yang memiliki perasaan yang kuat, karena hal-hal itu merupakan terapi yang baik untuk mengembangkan otak kanan. Mayoritas laki-laki hidup dengan 70-80% pikirannya sedangkan wanita dengan 70-80% perasaannya.

Otak kiri berhubungan dengan pikiran, kemampuan analisa, matematika (kemampuan hal-hal numerik/ angka-angka) dan logika sedangkan otak kanan berhubungan dengan intuisi, empati dan simpati ( perasaan). Otak juga berhubungan dengan pengaturan organ-organ lainnya, sehingga perbedaan otak ini sebenarnya sangat berpengaruh pada seluruh kehidupan, dan kita perlu mengetahuinya.

Sering seseorang berkata; pasangan saya tidak memikirkan apa yang saya pikirkan, pasangan saya tidak merasakan apa yang saya rasakan! Ini terjadi karena pria dan wanita memang berbeda. Satu kuat di pikiran (otak kiri), satu kuat di perasaan (otak kanan).

Ketika suami berkata: “Saya pikir”, maka istri menjawab: “Tetapi saya rasa….” “Ma... saya pikir... setelah saya pikir... saya sudah pikirkan .... dst kita pindah rumah ke Jakarta ya ma..” “Tapi saya rasa lho pa... apa nggak enakan disini aja” “Coba pikirlah baik-baik ma ...” “Tapi saya tidak merasa tidak sreg/tidak enak...”

Atau kebalikkannya, ketika isteri tidak tahan melihat tingkah laku anak buah, tetangga atau anak dan minta suami bertindak… Suami berkata; “Sebelum berbuat, kita harus pikir baik-baik ma…”. Istrinya berkata; “Papa sih mikir-mikir terus, berbuat sesuatu dong, saya sudah tidak kuat me-rasa-kannya..., kamu sih tidak me-rasa-kan yang ku-rasa-kan!” “Papa tidak sayang sama saya!”
Kalau sampai mengatakan ‘tidak sayang’ ini kesimpulan yang terlalu jauh, bahkan kesimpulan yang salah, ini bukan soal sayang atau tidak sayang, ini karena laki-laki otak kananya kecil! Kita harus mengerti hal ini atau kita akan salah kesimpulan dan ini keslahan fatal, membawa pada pertajaman pertengkaran.

Saya berikan contoh lain; Seorang wanita datang dan menangis; “Pak.. suami saya menyeleweng...” “Dari mana ibu tahu? ibu melihat apa tidak?” “Tidak pak” “Apa ibu memergoki?” “Tidak pak” “Kalau tidak dari mana ibu tahu?” “Saya bisa me-rasa-kannya!”

Ketika anak sakit, ibu menangis, karena dia merasa kasihan. Kasihan itu perasaan, otak kanan. Bapak tidak menangis, Bapak berpikir, obat apa yang murah (murah itu angka, numerik, otak kiri), dokter siapa dan rumah sakit mana yang murah. Anak di opname, 3 hari kemudian sembuh, ibu merasa senang, ibu tidak menangis lagi, Ganti bapak yang pusing... berpikir ... bon rumah sakitnya mahal amat!

Dalam seminar saya bisa sampaikan lebih banyak contoh lagi, saudarapun mulai bisa berbincang bincang hal ini dengan orang lain dan akan menemukan ‘fenomena’ ini, dan tentunya data ‘empiris’ yang sebanyak ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Memang tidak mutlak bahwa laki laki pemikir, maka saya katakan mayoritas.

Kita perlu mengerti perbedaan ini, cara pendekataan yang berbeda antara pria dan wanita, wanita lebih banyak pendekatan perasaan, relasi, personal sedangkan pria pendekatan analisa, logika, pikiran.

Akhir-akhir ini para pakar pendidikan telah mulai menyadari pentingnya mengembangkan otak secara seimbang dan menyusun kurikulum untuk mengembangkan kedua belah otak. Banyak permainan seperti ‘play station’, game di computer ataupun handphone dimana anak asyik dengan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain, ini bukan yang membangun otak kanan. Anak lebih baik bermain yang melibatkan pribadi lainya, bermain dengan teman dan bukan dengan barang atau maianan atau komupter, bermain dengan teman merupakan latihan bersosialisasi. Kedua jenis permainan baik untuk otak kiri dan kanan diperlukan, dan perlu keseimbangan.


EmoticonEmoticon